Sejarah Pesantren di Jawa Timur, Mengurai Jejak Awal Wali Songo, Bagian 8 Habis

- Minggu, 5 Februari 2023 | 19:45 WIB
Sejarah pesantren di Jawa Timur, diawali kiprah Wali Songo. (duniasantri)
Sejarah pesantren di Jawa Timur, diawali kiprah Wali Songo. (duniasantri)

Nusantara62sejarah pesantren di Jawa Timur tak lepas dari kedatangan para pedagang muslim di yang disertai ikutnya beberapa mubaligh (KBBI=Mubalig).

Para mubaligh ini pekerjaannya khusus mengajarkan agama, jejak mereka dan peran para pedagang menjadi sangat penting bagi sejarah pesantren di Jawa Timur.

Berikut lanjutan jejak sejarah pesantren di Jawa Timur, seperti ditulis Heru Sukadri dalam buku Kiai Haji Hasyim Asy’ari, Riwayat Hidup dan Pengabdiannya, diterbitkan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1985), bagian 8:

 Baca Juga: Sejarah NU dan Kiprah KH Hasyim Asyari, Bagian 1

Di mana mereka berada di situlah mereka mendirikan langgar atau masjid sebagai basis gerak agama.

Lama-kelamaan jumlah pengikutnya makin banyak, sehingga berdirilah pondok pesantren sebagai tempat pembentukan kader pengembangan agama Islam selanjutnya.

Penyiaran Islam mungkin selanjutnya dilaksanakan dengan mendatangi, para ahli agama lama. Para ahli agama lama itu diajak berdiskusi, berdebat dan adu kesaktian.

Baca Juga: Sejarah Kedatangan Islam dan Hadirnya Pesantren di Jawa Timur

Apabila para ahli agama lama itu dapat dikalahkan, maka biasanya ia mau memeluk agama Islam.

Begitu pula para pembesar, para bupati dan raja-raja tidak luput dari metoda itu dan bila perlu dengan menggerakkan suatu aksi militer untuk menjelaskan soalnya.

Dengan demikian maka pada zaman Kerajaan Demak pondok pesantren: yang telah menyebar di daerah pedalaman itu mempunyai peranan penting pula dalam rangka penyebaran Islam.

Baca Juga: Sejarah Jawa Barat, Takut Pengaruh Islam, Kerajaan Sunda Pilih Ikut Portugis, Akhirnya Diruntuhkan Fatahillah

Pondok-pondok pesantren ternyata mengalami pengembangan yang makin subur, ketika zaman Kerajaan Mataram di bawah kekuasaan Sultan Agung.

Pada waktu itu, desa-desa yang ada pesantrennya dijadikan desa-desa perdikan, yaitu desa yang dibebaskan dari pajak.

Halaman:

Editor: Y Fernando Hamonangan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X